Selasa, 04 Maret 2008

Borobudur, Candi Terbesar di Abad ke-9

Siapa tak kenal Candi Borobudur? Candi Budha ini memiliki 1460 relief dan stupa Budha di kompleksnya. Sebagai salah satu dari Most World Wonder Heritages, Candi Borobudur dibangun dengan menggunakan +/- 55.000 m3 batu. Tinggi bangunan ini sampai kepuncak adalah 42m sebelum direnovasi dan 34,5 meter setelah direnovasi karena tingkat paling bawah digunakan sebagai penahan, dengan lebar dasar 123 m.

Borobudur sebuah candi menjulang tinggi dan bersandar pada sebuah bukit menoreh yang membujur dari arah Timur ke Barat, didampingi gunung-gunung membentang seperti disebelah Timur terdapat gunung Merbabu dan Merapi, sebelah Barat terdapat gunung Sumbing serta gunung Sindoro dan sebelah Barat Laut terhampar bukit Menoreh, di sebelah Utara (lokasi Magelang) yang dikelilingi oleh gunung Telomoyo dan Unggaran, ini membuktikan lambang kebulatan tekad dalam menyembah Ing Gusti (surat dari Dr. Beda Scramm kepada Mamoque). Pemilihan lokasi presisi yang esak adalah berkat berhasilnya rasa penyatuan diri logika penalaran dengan alam semesta. Pendekatan epigrafi di ilhami dari sekian puluh prasasti yang ada.

Bagian dasar Borobudur disebut kamadhatu, melambangkan manusia yang masih terikat nafsu. Empat tingkat diatasnya disebut rupadhatu melambangkan manusia yang telah dapat membebaskan diri dari nafsu namun masih terikat rupa dan bentuk, pada tingkatan ini patung Budha diletakkan terbuka. Sementara tiga tingkat diatasnya, dimana sang Budha diletakkan didalam stupa yang berlubang-lubang disebut arupadhatu, melambangkan manusia yang telah terbebas dari nafsu, rupa dan bentuk. Bagian paling atas yang disebut arupa melambangkan nirwana, tempat Budha bersemayam.

Setiap tingkatan memiliki relief-relief indah yang menunjukkan betapa mahir pembuatnya. Relief itu akan terbaca secara runtut bila anda berjalan searah jarum jam (arah kiri dari pintu masuk candi). Pada reliefnya Borobudur bercerita tentang suatu kisah yang sangat melegenda, yaitu Ramayana. Selain itu, terdapat pula relief yang menggambarkan kondisi masyarakat saat itu. Misalnya, relief tentang aktivitas petani yang mencerminkan tentang kemajuan sistem pertanian saat itu dan relief kapal layar merupakan representasi dari kemajuan pelayaran yang waktu itu berpusat di Bergotta (Semarang). Keseluruhan relief yang ada di candi Borobudur mencerminkan ajaran sang Budha. Karenanya, candi ini dapat dijadikan media edukasi bagi orang-orang yang ingin mempelajari ajaran Budha.

Kapan pastinya candi ini didirikan tidak diketahui dengan pasti. Tidak adanya bukti-bukti tertulis menyebabkan Borobudur penuh kegelapan. Penentuan umur dilakukan dengan memperhatikan dasar corak bangunan candi dan ukir-ukirannya yang menunjukkan corak Jawa tengah abad 8 masehi. Sejak dibangun pada abad ke 8, sejarah borobudur timbul tenggelam.

Dari prasasti tahun 842 Casparis menyimpulkan bahwa nama lengkap monumen sejarah itu adalah Bhumisambharabhuddhara yang berarti "Gunung himpunan kebajikan sepuluh tingkatan Bodhisattva". Dengan arsiteknya Gunadharma. Tidak kurang dari 500 buah buku ditulis oleh para ahli Indonesia maupun mancanegara mengenai Borobudur, tetapi belum ada kesamaan pendapat, diantara para sarjana dan ahli arkeolog itu. Candi Borobudur didirikan tahun berapa, oleh siapa, berapa lama penggunaan bangunan bukit suci bagi agama Buddha dan kapan menghilang atau dengan sengaja dikubur ataukah ada sebab lain. Semua pertanyaan ini masih terus diteliti untuk memperoleh jawaban yang pasti dengan dukungan melalui bukti-bukti sejarah.

Suatu hal yang unik, bahwa candi ini ternyata memiliki arsitektur dengan format menarik atau terstruktur secara matematika. setiap bagain kaki, badan dan kepala candi selalu memiliki perbandingan 4:6:9. Penempatan-penempatan stupanya juga memiliki makna tersendiri, ditambah lagi adanya bagian relief yang diperkirakan berkatian dengan astronomi menjadikan borobudur memang merupakan bukti sejarah yang menarik untuk di amati. Salah satu hasil pengkajian mengenai hal ini bisa dilihat pada situs "In Pursuit of Sacred Science: Architectural Survey of Borobudur's. Summit by Mark Long"

Tidak ada komentar: